Hijauku Akan Menghijaukan Bumiku


"Tambang itu HANYA merusak lingkungan" ...
itulah paradigma yang muncul di benak orang banyak.
mungkin juga terbesit di benak mereka "ahh.. pemerintah memang tidak peduli, hal yang jelas jelas merusak lingkungan tetap di berikan izin".
tetapi apakah kita tahu , kalau seluruh kebutuhan kita didunia ini didominasi oleh hasil tambang.
bagaimana jika tidak ada tambang? mungkin selamanya kita tetap berada di zaman serba ala kadarnya. yaa cukuplah untuk tinggal di rumah kayu dan bercocok tanam untuk dengan alat sederhana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. dan bahkan kita akan tetap menggunakan burung sebagai perantara pengiriman surat :)
Namun, siapa yang berani bilang tambang itu tidak merusak lingkungan?

"Only after the last tree has been cut down…the last river has been poisoned…the last fish caught, only then will you find that money cannot be eaten."
 "Hijauku Akan Menghijaukan Bumiku"
Membuka lahan tambang berarti mengubah suatu tatanan geomorfologi suatu daerah untuk mengambil cadangan berharga. hal tersebut jelas sudah membuat kata "Merusak" itu menjadi suatu bagian utuh dari suatu aktivitas penambangan. Lantas bagaimana caranya mengambil sesuatu yang berada di bawah permukaan tanpa merusak tatanan morfologi di atas nya?
Kita tidak bisa mengelak dari sesuatu yang memang harus terjadi, tetapi suatu usaha untuk memperbaiki apa yang telah kita rubah menjadi sedia kala adalah solusi nya. walaupun tidak 100% bisa kita kembalikan seperti keadaan semula. hutan lebat nan hijau yang katanya adalah bagian dari paru-paru dunia menjadi tandus ketika kita hendak mengambil sesuatu dibawahnya. lingkungan kami rusak!! "teriak orang-orang" . apakah itu yang menjadi masalah nya? apakah manusia yang sudah menginjakan kaki di bulan sejak beratus tahun yang lalu tidak bisa mengatasi masalah itu? sungguh ironis.
ada istilah dalam dunia ini, "gali lubang tutup lubang". sebagai orang awam mari kita melihat penambangan itu adalah aktivitas membongkar suatu permukaan tanah untuk mendapatkan endapan berharga. kita hanya membongkar, tidak untuk melenyapkan apa yang telah ada. mungkin istilah ini adalah istilah komersial yang pas untuk mengibaratkan masalah ini. apa yang telah kita pinjam, maka itu lah yang akan kita kembalikan.
Namun, mengapa paradigma itu terus muncul?
itu karena ulah kita sendiri yang tidak mau dan tidak peduli atas apa perbuatan kita. ibarat kata habis manis sepah dibuang. lahan yang telah di gunakan untuk memanen pundi-pundi barang berharga di telantarkan begitu saja tanpa adanya usaha untuk merevitalisasi lahan tersebut.
memang bukanlah hal yang mudah untuk mengembalikan kondisi tatanan alam yang sudah di rubah untuk kembali vital kesediakala. namun bukan berarti hal tersebut harus diabaikan. usaha untuk merevitalisasi yang dalam bidang ini dikenal dengan istilah "reklamasi" yang kurang termonitorlah yang memunculkan paradigma tersebut. 
Disebut-sebut hutan adalah paru-paru dunia yang peran nya sangat vital dalam mensuplai udara bersih demi kelangsungan organisme di bumi ini dan pemanasan global adalah isu yang mencuat ke permukaan akibat berkurangnya paru-paru dunia ini.
Jika manusia bisa menggali hingga ribuan meter menuju inti bumi, mengapa manusia tidak bisa membuat tatanan yang telah ia rusak kembali sedia kala? 
Apakah sampai disitu saja? Tidak!!!
bahkan ketika setelah hasil alam itu di ambil, kerugian masih tetap berlangsung. penghasil emisi CO2 terbesar adalah dari hasil pembakaran batubara yang merupakan salah satu produk tambang tambang. Limbah-limbah hasil olahan produk tambang ini pun mengakibatkan kerugian. ironis memang.
Namun dibalik semua itu, ada pihak pihak yang peduli terhadap lingkungan. banyak badan badan hukum ataupun swasta yang berperan dalam kelestarian hutan-hutan sebagai penyokong sumber kehidupan kita. bukan tidak mungkin semua yang telah rusak saat ini untuk di perbaiki. Dan hal terpenting yang harus kita lakukan adalah kesadaran terhadap pribadi kita , jangan sampai kita memperburuk keadaan terhadap hal-hal sepele yang kita lakukan. dunia adalah tempat kita bersama, mari kita jaga bersama pula

"Hijauku Akan Menghijaukan Bumiku"
GUEST BLOG:
Penulis dibalik Artikel ini: Rahmat Wira Dafitra |
Blog | Learning Everyday